“Hai Neptunus, apa kabar di laut biru? Perahu kertas yang kali ini akan membawakanmu kisah tentang perjalanan hatiku…”

Poster film Perahu kertas
Ketika
megetahui bahwa film Perahu Kertas disutradari oleh Hanung Bramantyo,
ditambah Dee sebagai penulis skenario, saya yakin bahwa Perahu Kertas
dalam medium film akan tetap ‘nikmat dan mengalir’ seperti novelnya.
Perasaan itu saya buktikan malam ini. Begitu film usai, komentar pertama
yang terlintas di benak saya adalah: Lihat filmnya, dengarkan musiknya, dan rasakan sensasinya. Sepertinya
Hanung Bramantyo tidak banyak melakukan interpretasi terhadap film ini.
Barangkali itulah alasan mengapa film Perahu Kertas dibagi menjadi dua
bagian. Supaya filmnya terasa mengalir, memang seharusnya tidak banyak
bagian cerita dari novel yang dipotong. Novel yang terdiri dari 434
halaman tentu saja cukup panjang jika harus dipaksakan menjadi satu
cerita film yang rata-rata durasinya 120 menitan.
Sinematografi
dalam film ini juga apik. Adegan pembuka cukup memanjakan mata penonton
dengan keindahan bawah laut dan deburan ombak. Sesuai dengan novelnya,
dikisahkan seorang gadis bernama Kugy (Maudy Ayunda) yang akan menempuh
kehidupan barunya sebagai mahasiswa di kota Bandung. Proses kepindahan
Kugy dibantu oleh sahabatnya sejak kecil bernama Noni (Syvia Fully).
Kugy yang memiliki hobi menulis dongeng memilih kuliah di jurusan
Sastra. Oleh Noni dan pacarnya yang bernama Eko (Fauzan Smith), Kugy
dinilai sebagai anak aneh yang memiliki hobi aneh pula, yaitu melarung
perahu kertas.

Kugy dan Keenan (sumber: hai-online.com)
“Aku kuliah di Sastra. Kemudian lulus dan kerja sampai mapan. Setelah itu aku baru bisa jadi penulis dongeng”.
Tanggapan dari Keenan,”Oh kalau begitu kamu berputar dulu jadi orang lain, baru kamu kembali jadi diri kamu sendiri, begitu?”
Bagi
Kugy, impian itu harus dikejar. Tapi ia juga realistis bahwa impiannya
yang tak lazim bisa jadi akan membuat hidupnya menjadi sulit. Tapi
setidaknya ia masih beruntung dizinkan kuliah di jurusan yang sesuai
dengan minatnya. Keenan yang hobi melukis terpaksa masuk jurusan Ekonomi
karena paksaan dari sang Ayah.
Pembaca
novel Perahu Kertas tentu tahu bahwa kisah yang dihadirkan Dee berlapis
tapi saling terkait. Awalnya saya tidak yakin kisah itu dapat
disampaikan dengan cair dalam film. Tapi nyatanya, Hanung berhasil
menyampaikan kisah yang berlapis itu dengan apik. Terhalangnya perasaan
cinta Kugy dan Keenan karena situasi akhirnya membuat mereka saling
menjauh satu sama lain. Kugy mulai menjauh ketika ada sosok wanita
bernama Wanda (Kymberly Ryder) yang menyukai Keenan. Keenan pun
mengalami konflik dengan ayahnya akibat pilihannya untuk berhenti kuliah
dan menekuni dunia melukis.
Dalam
rasa kehilangan, Kugy dan Keenan mulai menemukan sosok yang mencintai
mereka. Remi (Reza Rahadian) untuk Kugy dan Luhde (Elyzia Mulachela)
untuk Keenan. Ketika Kugy dan Keenan mulai mencintai pasangan mereka
dalam ‘pelarian’, mereka justru harus dipertemukan oleh takdir.

Lukisan Keenan (sumber: drupal.everywebspace.com)
Perahu
Kertas adalah cerita cinta dalam arti yang luas. Kisah cinta antar
pasangan manusia, dibalut konflik untuk mencintai impian mereka.
Berusaha untuk menjadi diri sendiri, mengikuti kata hati, tanpa harus
berubah jadi orang lain untuk sekadar mencintai. Seperti tema pada nover
bestseller lain yang diangkat jadi fim, seperti Laskar Pelangi
dan Negeri 5 Menara, kekuatan mimpi dan keyakinan itu tidak
terbantahkan. Memang hal tersebut belum tergambarkan utuh dalam fim
Perahu Kertas bagian pertama ini. Tapi saya punya harapan besar bahwa
kekuatan itu akan muncul di bagian keduanya.
Sedikit
bocoran, Hanung Bramantyo bersama Dee dan Titi DJ ikut ambil peran
dalam film ini. Penasaran mereka bermain sebagai apa? Langsung saja
lihat filmnya ya.
“Hai ‘Nus, manusia satu itu muncul lagi. Apa kabar ya dia? Tunggu perahu kertasku ya.. cerita ini belum usai…,” (Kugy)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar